Sekilas Info | Jokowi dan Basuki, Surat Jemput Paksa Rizieq Keluar Besok | Autoblog Samgong

Sekilas Info | Jokowi dan Basuki, Surat Jemput Paksa Rizieq Keluar Besok | Autoblog Samgong - Hallo semua selamat datang di blog Samgong, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Sekilas Info | Jokowi dan Basuki, Surat Jemput Paksa Rizieq Keluar Besok | Autoblog Samgong, telah kami persiapkan dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi bermanfaat didalamnya. Mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita Heboh, Artikel Ilmu Pengetahuan, Artikel Misteri, Artikel Motivasi, yang kami sajikan ini dapat anda pahami. Baiklah, selamat membaca.

Judul : Sekilas Info | Jokowi dan Basuki, Surat Jemput Paksa Rizieq Keluar Besok | Autoblog Samgong
link : Sekilas Info | Jokowi dan Basuki, Surat Jemput Paksa Rizieq Keluar Besok | Autoblog Samgong

Baca juga


Sekilas Info | Jokowi dan Basuki, Surat Jemput Paksa Rizieq Keluar Besok | Autoblog Samgong


Mungkin karena kuliah dulu, Jokowi suka daki gunung ketika masuk ormawa MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam). Jadi dia seakan mengetahui bagaimana ketika berjumpa dengan lereng yang terjal, badai, dingin, dan bara api dlm kegelapan yang hening, hingga sampai ke puncak gunung.


Karena saya sempat bertanya, ketika menanggapi vonis Basuki, dia berada di Papua dan dengan santai bilang “hormati keputusan hukum”.
Ternyata kalimat sederhana itu justru menjadi pedang yang menusuk kubu Prabowo Subianto, PKS bahkan premanis agama. Karena tentu saja lawan politiknya mengharapkan Jokowi menjawan dengan murka atau marah terhadap vonis hakim pada Basuki. Karena jika ini terjadi, maka akan dijadikan momentum dari lawannya, dengan membawa isu rezim hari ini melindungi “penoda” (versi mereka). Dan ini akan digerakkan secara massive.
Tetapi kenyataannya tidak demikian, mungkin karena masa muda doyan mendaki gunung, Jokowi seolah paham bagaimana lereng curam ini untuk ditelusuri. Saya jadi ingat pemikiran Tan Malaka dalam buku masa aksi “bahwa perjuangan tidak cukup dengan keberanian semata, melainkan lebih dari pengetahuan dan kecakapan yang revolusioner”.
Lihat saja, karena jawabannya yang tidak diharapkan lawan politiknya, tiba saja lawannya tergesa-gesa untuk menjenguk Basuki yang bermaksud turut berduka, seperti Gerindra. Akhirnya mereka ditertawakan.
Jokowi seolah tahu, bahwa “rakyat pada akhirnya akan bergerak”, ribuan lilin menyala memancar di kota-kota Nusantara bakan di benua luar juga turut menyalakannya. Ini membuat lawan politik Jokowi, sedikit garuk kepala. Kalau pakai logat Jawa “Kok iso yo”.
Mereka ketar-ketir. Dan akhirnya mereka tetap mengeluarkan niat awalnya, karena mau bilang Jokowi melindungi tahanan sudah tidak bisa dipakai, lantaran jawabannya seperti waktu di Papua, akhirnya mereka merubah kalimat “Jokowi tidak tegas” dan ini di dengungkan begitu massive oleh pasukan borjuis rente oligarki. Agar yang mencintai mereka terpecah. Slogan kolonialis “Pecah-belah Kuasai”.
Tetapi tetap saja tidak mempan, karena Basuki justru rela mengorbankan diri untuk masuk jeruji, hal ini jelas sekali raut wajahnya dan sikapnya terhadap vonis justru dihadapinya dengan wajah yang tersenyum. Mungkin dia tahu, jika dia memberontak atau mangkir dan marah dengan keputusan hakim, maka dia akan merepotkan sahabatnya Jokowi, yang tidak menutup kemungkinan dapat tumbang kedua-duanya. Mereka lupa bahwa keduanya bukan hanya pernah mimpin bareng, tapi sudah terbangun hubungan emosi yg cukup baik, hingga tampak karib seperti sahabat. Yang kata lagu “bagai kepompong, merubah ulat menjadi kupu-kupu” yang menjaga “kewarasan”.
Lawan pun bingung, kedua orang ini sudah kita tuduh kafir, komunis, antek china, kita serang lewat rasis, sektarianis, primordial, tapi tetap solid dan tidak pula keduanya merengek, bahkan tidak sedikit yang mencintainya. Meski Nusantara belum sempurna untuk berbenah, namun secara pelan tapi pasti pembenahan itu memang mulai tampak ditangan keduanya.
Lawan mereka pun geleng kepala, okelah kalau begitu 2019 kita adu lagi dengan siasat lain, mungkin begitu kata si Macan Asia yang mengembek tak mengaum, dengan orasi berlagak seperti Soekarno.
Hooooo tidak mereka memang barisan patah hati, maka sedikit bullshit jika mereka bicara nasionalis sekuler ataupun nasionalis agamis. Rasanya mereka harus membaca kembali “histori bangsa ini”
Politik bukan sekedar figur, bukan pula sekedar siasat di papan catur.
Mereka semakin lelah , karena wayangnya akan segera pulang, yang juga akan diadili dengan kasus yg lebih nista. Mungkin ini disebut karma. Persaingan yang tidak sehat melainkan dengan cara kotor, pada akhirnya justru mendapatkan “kotoran”.
Jika kasus pelecehan lambang negara, pelecehan profesi satpam, pelecehan kelahiran Yesus umat kristiani, sebut palu arit di uang baru, mengubah kata sampu rasun yang merupakan warisan budaya, yang dilakukannya, mungkin dia tidak akan keluar negeri berlama-lama, akan dia hadapi. Dan dia merasa gagah. Namun kali ini berbeda, karena dia hendak diperiksa dengan kasus “indehoiiiiiii”.
Hal ini menjadi sangat rumit, karena jika terbukti, maka betapa lunglainya kegagahan dalam pekik takbir dijalanan yang dilakukan beberapa bulan lalu. Sederhananya, jika tak melakukan ya hadapi saja, kan bisa dibuktikan di pengadilan. Tapi apalah daya nasi hampir menjadi bubur, karena bukti-bukti yang diambil dari rumah Firza seperti mendekati kebenarannya.
Sepengetahuan saya, pengikut fanatik lebih berkecenderungan untuk “yakin” ketimbang “berpikir”. Jadi jika si Fulan adalah pemimpin dan bicara palsu, maka pengikutnya tetap meyakini dia benar. Pengikut fanatik ini tidak akan berusaha untuk berpikir soal benar atau tidak. Misal si Fulan sudah jelas terbukti bersalah, maka si pengikut akan lebih percaya bahwa itu rekayasa, karna si Fulan sudah sampaikan pada pengikutnya, saya dikriminalisasi. Dan ini dipercaya oleh pengikutnya. Hal-hal semacam ini melekat dalam diri fanatik, hingga menjadi fanatik buta. Engge engge ae tapi gak mau mikir.
Sudah mendapatkan kasus yang lebih nista tidaklah cukup, ternyata dia wayang dari kubu “mereka” yang radikalis dan reaksioner harus dipermalukan lagi dengan adanya penjemputan paksa.
Dari liputan6 dikabarkan, surat penjemputan paksa buat wayang “mereka” akan dikeluarkan besok.
“Hari senin besok baru kita keluarkan (surat penjemputan paksa) agar kemudian nanti penyidik mencari di mana yang bersangkutan berada,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono saat dikonfirmasi, Minggu (14/5/2017).
Argo mengaku pihaknya baru bisa mengeluarkan surat penjemputan paksa esok hari karena harus melalui prosedur yang berlaku di kepolisian. Sejauh ini, pihaknya masih mencari tahu keberadaan Rizieq Shihab.
“Kemarin sudah di Malaysia, belum tahu apakah masih di Malaysia atau tidak,” kata dia.
Argo juga mengatakan, Polri akan tetap bekerjasama dengan kepolisian negara lain untuk mengetahui keberadaan Rizieq.
Ini semua tentu akan semakin menjelaskan, bahwa betapa kejinya isu yang ditujukan pada Basuki. Ini cukup menjelaskan bahwa Jokowi tidaklah meninggalkan Basuki. Ditambah lagi pembubaran HTI  yang tinggal menunggu waktu saja.
Mari bersatu, berlawan, bersuara dan mendukung langkah-langkah pemerintah untuk mengusut tuntas scandal Rizieq keakar-akarnya, untuk mengusut tuntas tragedi 98, untuk membubarkan ormas radikal. Dan kita hanya disibukkan untuk membangun indonesia yang lebih baik, mandiri, dan saling mengasihi dalam keberagaman sekakigus dalam culture Nusantara. Poker Online

Sampai di sini dulu Artikel Sekilas Info | Jokowi dan Basuki, Surat Jemput Paksa Rizieq Keluar Besok | Autoblog Samgong

Sekianlah artikel Sekilas Info | Jokowi dan Basuki, Surat Jemput Paksa Rizieq Keluar Besok | Autoblog Samgong kali ini, kami berharap bisa memberi manfaat untuk teman-teman semua. Terima kasih, jangan lupa baca postingan lainnya.

Anda saat ini sedang membaca artikel Sekilas Info | Jokowi dan Basuki, Surat Jemput Paksa Rizieq Keluar Besok | Autoblog Samgong dengan alamat link https://samgong212.blogspot.com/2017/05/sekilas-info-jokowi-dan-basuki-surat.html

Subscribe to receive free email updates: